Hubungan Status Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Kualitas Hidup Lansia
Abstract
Latar Belakang: Menurut data SUSPAS, populasi lansia mengalami peningkatan signifikan pada tahun 2019, mencapai 27,5 juta. Peningkatan ini sangat cepat, dengan prediksi pada tahun 2020 jumlah lansia akan setara dengan jumlah balita. Sebelas persen dari 6,9 milyar penduduk dunia adalah lansia. Usia Harapan Hidup (UHH) di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, telah mengalami peningkatan yang signifikan dalam 10 tahun terakhir. Kenaikan ini menyebabkan jumlah lansia meningkat pesat, dan jika peningkatan tersebut tidak diimbangi dengan perbaikan kualitas hidup, hal ini berpotensi menimbulkan masalah kesehatan. Kualitas hidup mencerminkan sejauh mana seseorang dapat mengoptimalkan fungsi fisik, sosial, psikologis, serta kemampuan beradaptasi. Untuk menilai kualitas hidup seseorang, dapat dilihat dari kondisi gizi dan tingkat aktivitas fisiknya. Kekurangan gizi dapat mengakibatkan penurunan kemampuan kontraksi otot, anemia, serta menyebabkan seseorang menjadi lamban, kurang aktif, dan mengalami kesulitan saat makan. Selain itu, hal ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan menurunkan fungsi otak.
Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keterkaitan antara status gizi dan aktivitas fisik terhadap kualitas hidup pada lansia. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Barru menggunakan desain studi potong lintang (cross-sectional study). Responden dipilih dengan menggunakan teknik purpossive sampling dengan populasi target terdiri dari lansia berusia 60 tahun ke atas, sedangkan sampel kontrol mencakup lansia berusia 50—59 tahun. Data yang terkumpul dianalisis secara kuantitatif menggunakan uji statistik.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata Indeks Massa Tubuh (IMT) lansia berada dalam kategori normal. Namun, lansia yang tinggal di daerah dataran tinggi, yang memiliki tingkat aktivitas fisik lebih tinggi, cenderung memiliki berat badan yang lebih rendah (rata-rata IMT = 19,31) dibandingkan dengan lansia yang tinggal di dataran rendah (rata-rata IMT = 20,41). Selain itu, asupan zat gizi lansia tercatat berada di bawah 80% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang disarankan. Status gizi dan aktivitas fisik juga menunjukkan hubungan positip terhadap kualitas hidup lansia (p=0.000)
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status gizi dan aktivitas fisik dengan kualitas hidup pada lansia. Lansia yang tinggal di daerah dataran tinggi menunjukkan tingkat aktivitas fisik yang lebih tinggi. Namun, asupan zat gizi makronutrien dan mikronutrien pada lansia masih berada di bawah standar angka kecukupan gizi yang dianjurkan.
Kata Kunci: lansia, status gizi, aktivitas fisik, kualitas hidup.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 JoPHIN: Journal of Public Health and Industrial Nutrition
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.